Minggu, 06 November 2016

FORMULASI MASALAH dalam METODOLOGI PENELITIAN



Memformulasikan atau merumuskan masalah merupakan langkah yang  paling penting dalam proses penelitian. Langkah ini diibaratkan seperti  menentukan tujuan saat kita ingin menempuh suatu perjalanan. Menurut  Kerlinger (dalam Kumar, 1996), jika seseorang ingin memecahkan masalah,  harulah mengetahui apa yang menjadi masalah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar porsi masalah terletak pada mengetahui apa yang ingin dilakukan.
a.       Fungsi masalah dalam penelitian adalah:
1.       Mengarahkan penelitian
2.       Mengorganisasikan seluruh kegiatan penelitian
3.       Menentukan metode penelitian
4.       Menentukan cara mengukur gejala yang diteliti.

b.       Tujuan Perumusan Masalah :
1.       Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya
2.       Untuk memudahkan pengajuan hipotesis, analisis data dan kesimpulan.
3.       Memenuhi keinginan social
4.       Meyediakan sesuatu yang bermanfaat

c.       Rumusan masalah yang baik
1.       Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu
2.       Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
3.       Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia
4.       Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama
5.       Masalah sebaiknya dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang mengaitkan variabel penelitian

Langkah-Langkah Dalam Perumusan/Formulasi Masalah
  1. Menulis Rumusan Masalah Sendiri. Jelaskan keadaan “ideal”. Ada banyak cara yang berbeda untuk menulis rumusan masalah — beberapa sumber referensi merekomendasikan untuk langsung membahas masalah itu sendiri, sementara sumber lainnya merekomendasikan memberikan konteks latar belakang terlebih dahulu agar masalah (dan solusinya) lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca.
  1. Pertanggungjawabkan pernyataan Anda. Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda klaim dikuras masalah Anda terhadap perusahaan Anda, jika Anda tidak dapat mempertanggungjawabkan klaim Anda dengan bukti yang masuk akal, Anda mungkin tidak dianggap serius
  2. Usulkan solusi. Ketika Anda sudah menjelaskan apa masalahnya dan mengapa begitu penting, lanjutkan menjelaskan bagaimana Anda mengusulkan untuk mengurusnya. Seperti dengan pernyataan awal dari masalah Anda, penjelasan solusi Anda harus ditulis agar sejelas dan seringkas mungkin. Tetaplah pada konsep-konsep besar, penting, konkret dan tinggalkan rincian kecil untuk nanti — Anda akan memiliki banyak kesempatan untuk masuk ke setiap aspek kecil dari solusi yang Anda usulkan dalam badan proposal Anda.
  3. Jelaskan manfaat dari solusi. Sekali lagi, sekarang Anda sudah memberitahu pembaca Anda apa yang harus dilakukan soal masalah ini, ide yang sangat baik adalah menjelaskan mengapa solusi ini adalah ide yang baik
  4. Simpulkan dengan meringkas masalah dan solusi. Setelah Anda telah mempresentasikan visi ideal untuk perusahaan Anda, mengidentifikasi masalah yang menhalangi Anda dari mencapai idealisme ini, dan menyarankan solusi
  5. Ingat “lima W”. Rumusan masalah harus seinformatif mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin, tetapi tidak harus menyelidiki rincian kecil. Jika Anda pernah ragu-ragu tentang apa yang harus disertakan dalam rumusan masalah Anda, ide yang cerdas adalah mencoba untuk menjawab lima W (siapa/who, apa/what, di mana/where, kapan/when, dan mengapa/why), plus bagaimana/how. Mengatasi lima W memberikan pembaca Anda pengetahuan tingkat dasar yang baik untuk memahami masalah dan solusi tanpa merantau ke tingkat detail yang tidak perlu.
  6. Selalu mengoreksi kesalahan. Ini merupakan keharusan untuk semua bentuk tulisan yang serius — tidak ada draft pertama sepanjang sejarah yang tidak bisa memperoleh keuntungan dari mata yang hati-hati dan dari pengkoreksi yang baik. Setelah Anda menyelesaikan rumusan masalah Anda, bacalah dengan cepat. Apakah “alurnya” tampak benar? Apakah menyajikan ide-idenya dengan koheren? Apakah tampaknya teratur dengan logis? Jika tidak, buat perubahan ini sekarang. Saat Anda akhirnya puas dengan struktur rumusan masalah Anda, periksa ejaan, tata bahasa, dan kesalahan format.

Konstruk Dan Variabel
Untuk dapat mengenali masalah, kita perlu mengenali variabel-variabel  yang terkait. Konstruk merupakan bangunan atau aspek-aspek yang membentuk gejala. Konstruk dari gejala yang diteliti sering disebut sebagai variabel. Variabel  merupakan suatu gejala atau konsep yang dapat diukur. Menurut Kerlinger (dalam Kumar, 1996) variabel merupakan sesuatu yang bervariasi, merupakan simbol yang dikenai nilai.  Peneliti harus mengenali variabel-variabel apa saja yang secara teoritis terkait dalam penelitian.
Jenis variabel yang dikategorikan berdasarkan sudut pandang hubungan atau asosiasi adalah sebagai berikut:
a.       Independent Variable (IV)
Disebut sebagai variabel bebas. Variabel yang menentukan keadaan variabel lainnya (DV). Biasanya pada penelitian eksperimental, variabel ini dapat dimanipulasi atau divariasikan atau diubah-ubah oleh peneliti.
b.       Dependent Variable (DV)
Disebut juga variabel terikat. Variabel yang keberadaannya dan keadaannya tergantung dari variabel lain (IV). Variabel ini adalah variabel yang hendak diukur dalam penelitian dan tidak boleh diubah-ubah.
c.       Extraneous Variable
Beberapa faktor hadir dalam kehidupan situasi nyata yang dapat mengakibatkan perubahan pada variabel bebas (IV). Faktor-faktor ini tidak diukur dalam penelitian, namun berpengaruh dalam  meningkatkan atau mengurangi besaran atau kekuatan hubungan antara IV dan DV.

Berdasarkan sudut pandang unit pengukuran, ada dua cara  pengkategorisasian variabel, yaitu:
a.       Apakah unit pengukuran bersifat kategorikal (seperti pada skala nominal  dan ordinal) atau atau sifatnya kontinum (seperti pada skala interval dan  rasio); dan
b.       Apakah bersifat kualitatif (seperti pada skala nominal dan ordinal) atau kuantitatif (seperti dalam skala interval dan rasio).

Variabel-variabel tersebut kemudian diklasifikasikan sebagai kategorikal dan  kontinum, serta kuantitatif dan kualitatif. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan  yang sangat tipis antara variabel kategorikal dan kualitatif, serta antara kontinum  dan kuantitatif. Perbedaan tersebut akan dijelaskan berikut ini. Variabel kategorikal diukur dalam pengukuran skala nominal atau ordinal,  sedangkan untuk variabel kontinum pengukuran dibuat dengan menggunakan baik skala interval maupun rasio. Variabel kategorikal terdiri dari tiga jenis variabel:
1.         Konstanta
2.         Dikotomi
3.         Politomi
Saat sebuah variabel hanya dapat memiliki hanya satu nilai atau kategori, contoh., taksi, pohon, air, variabel tersebut disebut sebagai sebuah konstanta. Ketika sebuah variabel hanya dapat memiliki dua kategori seperti pada iya/tidak; baik/buruk; kaya/miskin, variabel tersebut disebut sebagai variabel dikotomi. Apabila sebuah variabel dapat dibagi menjadi lebih dari dua kategori, misalnya agama (Muslim, Kristen, Hindu, Budha); partai politik (demokrat, golkar, PDI, dll); sikap (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju), disebut sebagai variabel politomi.

Sumber :
http://sbm.binus.ac.id/2015/11/21/cara-membuat-rumusan-masalah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar